Konflik Thailand-Kamboja Meluas ke Laos, Seruan Gencatan Senjata Trump Cuma Omong Kosong?

Konflik antara sesama negara Asia Tenggara, Thailand dan Kamboja dilaporkan meluas ke Laos. Hal itu setelah Militer Thailand mengatakan telah menghentikan pengiriman bahan bakar yang melewati pos pemeriksaan perbatasan dengan Laos karena kekhawatiran bahan bakar tersebut dialihkan ke Kamboja. Dampaknya, pasokan bahan bakar yang menuju ke Laos menjadi tersendat di tengah kebutuhan akan energi negara tersebut. Juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Laksamana Muda Surasant Kongsiri, mengatakan, negaranya tidak memiliki niat untuk membuat Laos susah karena terimbas konflik ini.

Kamboja menuduh Thailand menyerang jauh di dalam wilayahnya, membom provinsi yang merupakan rumah bagi kuil Angkor yang berusia berabad-abad. Sehari sebelumnya, militer Thailand mengatakan kalau mereka melancarkan serangan baru terhadap Kamboja untuk “merebut kembali wilayah kedaulatan.” Militer Thailand melaporkan bentrokan “tegang” di situs-situs kuil yang dipersengketakan, termasuk Prasat Ta Krabey dan Prasat Ta Muen Thorn. Sementara Kamboja menuduh Thailand menyerang tiga desa di provinsi Banteay Meanchey dan melakukan serangan udara.

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump turun tangan dengan menggunakan perdagangan sebagai taktik negosiasi dan gencatan senjata pun diumumkan. Namun belakangan, Thailand dan Kamboja saling menuduh melakukan tindakan yang menyebabkan runtuhnya gencatan senjata yang dimediasi Trump pada Juli tersebut. Pada 13 Desember, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Perdana Menteri Thailand dan Kamboja siap untuk perdamaian dan setuju untuk menghentikan pertempuran. Dia mengatakan telah berbicara dengan para pemimpin kedua negara melalui telepon.

Search