Sejumlah kiai di Partai Persatuan Pembangunan atau PPP mengajak kubu Muhamad Mardiono dan Agus Suparmanto untuk menempuh jalan islah, tidak lagi berseteru mengenai dualisme kepemimpinan partai. Wakil Ketua Majelis Syariah PPP yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, KH Ahmad Mahin Toha menegaskan pentingnya menjaga persatuan partai. Ia menambahkan, harapan besar PPP adalah kembali ke parlemen.
Senada, dosen Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, A Bakir Ihsan, menilai islah sangat penting demi menyelamatkan partai. Namun, ia mengingatkan, islah mensyaratkan kesediaan melepaskan ego diri dan kelompok untuk kepentingan kolektif partai dan diwujudkan dalam kerja sama membesarkan partai. Muktamar X PPP seharusnya menjadi momentum untuk mengembalikan dan menguatkan kepercayaan pemilih.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan, absennya figur pemersatu membuat konflik tak kunjung selesai. Seharusnya pertarungan antarfaksi adalah hal wajar. Namun, ketika ada figur yang kuat dan dihormati lintas faksi, maka figur itu bisa menggabungkan dan mengonsolidasikan kekuatan. Menurut dia, PPP justru terjebak dalam presidensialisasi. Absennya figur kuat membuat PPP bergantung pada kekuasaan eksekutif.
