Upaya transisi energi di Indonesia membuat Korea Selatan (Korsel) berpeluang menghentikan aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang dimiliki perusahaan “Negeri Ginseng” di Bumi Pertiwi. Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa dalam acara “Indonesia-South Korea Golden Jubilee: Advancing Bilateral Cooperation through Green Energy Partnership Toward Sustainable Energy Transition”. Fabby mengatakan, melalui Just Energy Transition Partnership (JETP), Indonesia perlu meningkatkan bauran energi terbarukan sebesar 34 persen pada 2030. Salah satu upaya pencapaian target tersebut adalah mengakhiri operasional PLTU batu bara secara bertahap hingga 2050. Fabby menambahkan, perusahaan-perusahaan Korsel menjadi salah satu pemain kunci dalam energi dan industri di Indonesia. “Perjalanan transisi energi Indonesia menuju dekarbonisasi memberikan peluang bagi Korsel untuk menghentikan aset PLTU batu bara yang dimiliki oleh perusahaan Korea, meningkatkan investasi di bidang energi terbarukan dan teknologi bersih, penyimpanan energi, dan kendaraan listrik,” ujar Fabby, dalam keterangan resminya. Korsel sendiri menargetkan dapat mencapai net zero emission (NZE) atau netral karbon pada 2050.
Selain itu, Korsel juga juga berkomitmen mendukung pembiayaan dan pembangunan teknologi ramah lingkungan secara internasional melalui Kebijakan Kesepakatan Hijau Korea Selatan Terbaru atau South Korea’s Green New Deal. Sementara itu, Duta Besar dan Wakil Menteri untuk Perubahan Iklim Korsel Hyoeun Jenny Kim berujar, kehadiran Indonesia dan Korsel dalam berbagai inisiatif pembangunan hijau akan memperkuat solidaritas kedua negara terhadap mitigasi perubahan iklim. Dia menyampaikan, saat ini sedang berlangsung negosiasi antara Indonesia dan Korsel untuk bekerja sama dalam mitigasi perubahan iklim.
Sejumlah kerja sama tersebut di antaranya dalam bentuk kajian, perubahan kebijakan, pengembangan teknologi, dan keterlibatan sektor swasta. “Di kedua negara, batu bara masih menjadi sumber energi utama, kita harus mempercepat upaya untuk mengurangi penggunaan batubar,” papar Kim. Dia menyampaikan, baik Indonesia dan Korsel harus secara proaktif berinvestasi banyak ke energi terbarukan, efisiensi energi, dan penyimpanan energi. “Kita harus lebih membangun infrastruktur, dan meningkatkan bauran energi bersih. Meskipun banyak tantangan yang kita hadapi, saya yakin bahwa Indonesia dan Korea dapat membuat perubahan besar,” ungkap Kim.