Ketika Pangan Indonesia Bergantung Impor

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo curhat di hadapan anggota Komisi IV DPR saat rapat kerja akhir Maret lalu. Mantan gubernur Sulawesi Selatan itu mengungkapkan tingginya ketergantungan Indonesia terhadap komoditas pangan impor. Stok hingga akhir 2022 dipastikan defisit di saat harga-harga terus naik yaitu empat komoditas yakni kedelai, bawang putih, daging, dan gula konsumsi.

Berdasarkan prognosa neraca komoditas pangan strategis Januari-Desember 2022, defisit terbesar terjadi untuk kedelai yang minus 2,59 juta ton. Produksi kedelai lokal tahun 2022 diperkirakan 200. 315 ton. Ditambah stok awal tahun sebanyak 190. 970 ton, jumlah stok kedelai lokal hanya ada 391. 285 ton. Sementara kebutuhan tahun ini diperkirakan 2,983 juta ton. Dengan begitu dibutuhkan impor 2,842 juta ton, hampir 90 persen dari kebutuhan.

Kekurangan stok juga dialami untuk bawang putih, yang mencapai defisit 366,9 ribu ton dari total kebutuhan tahunan 621,88 ribu ton. Sementara stok di dalam negeri hanya tersedia 254,98 ribu ton. Komoditas berikutnya adalah daging sapi. Sumber terbesar impor daging Indonesia berasal dari Australia. Kebutuhan daging sapi defisit 134,35 ribu ton. Total ketersediaan domestik sekitar 572 ribu ton, namun kebutuhan mencapai 706,38 ribu ton. Jadi perlu tambahan pasokan impor 193,22 ribu ton. Terakhir, gula konsumsi yang ketersediaannya minus 234,69 ribu ton. Stok dalam negeri mencapai 2,98 juta ton, tapi kebutuhan capai 3,21 juta ton. Rencananya, pemerintah bakal melakukan impor 1,04 juta ton.

Syahrul juga mengungkapkan tantangan adalah persoalan anggaran tanaman pangan yang terus menurun setiap tahunnya.

Search