Di seluruh AS, para migran kini cemas. Pasalnya, presiden terpilih negara itu, Donald Trump, telah berjanji akan melakukan deportasi massal terhadap para migran tidak berdokumen. Saat kampanye pemilu yang diwarnai kekhawatiran besar terhadap masalah imigrasi di kalangan pemilih AS, Trump sering berjanji untuk mendeportasi secara massal para imigran sejak hari pertama bekerja jika terpilih kembali sebagai presiden. Kini, dua minggu setelah kemenangan besarnya dalam pemilu, masih belum jelas seperti apa sebenarnya operasi penegakan imigrasi itu.
Trump telah menegaskan, biaya tidak akan menjadi masalah. Namun, sejumlah pakar telah memperingatkan bahwa janji Trump itu mungkin akan menghadapi hambatan keuangan dan logistik yang besar. Deportasi terhadap para migran oleh otoritas AS bukanlah hal baru. Di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, lebih dari 1,5 juta orang telah dideportasi, ditambah dengan jutaan orang yang dengan cepat ditolak di perbatasan selama pandemi Covid-19.
Selama delapan tahun pemerintahan Barack Obama, sekitar tiga juta orang dideportasi. Rencana yang dijanjikan Trump lebih luas dan agresif, termasuk operasi penegakan hukum yang jauh dari perbatasan. Sejumlah pejabat dilaporkan akan mempertimbangkan penggunaan Garda Nasional dan pesawat militer untuk menahan dan mendeportasi orang. JD Vance, wakil Trump, mengatakan bahwa deportasi bisa dimulai dengan satu juta orang.