Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, mahasiswa dan mahasiswi merupakan kelompok rentan ajaran radikalisme. Dia menuturkan pihaknya terus mengingatkan hadirnya paham yang tidak sesuai dengan masyarakat Indonesia. Menurutnya, sebab dari itu adalah masuknya paham-paham yang tidak sesuai konstitusi Ideologi Pancasila. Sebab itu, dia menegaskan bahwa karakteristik dari paham terorisme dan kekerasan sangat bertentangan dengan nilai luhur bangsa Indonesia.
Boy juga mengklaim pihaknya memiliki data dari sejumlah kampus dan sivitas akademi yang terpapar dalam radikalisme. Namun Boy enggan menjelaskan data yang ditampung oleh pihaknya. Latar belakang warga kampus yang dimaksud adalah mulai dari tenaga pendidik sampai para mahasiswa. “Kampus-kampus tertentu, mohon maaf tidak kami sebutkan, yang jelas itu adalah komunikasi konstruktif kami,” ujarnya. BNPT, kata Boy, terus mengadakan kerja sama dengan beberapa kampus untuk mengatasi isu ini. Termasuk juga dengan berbagai upaya yang ditempuh untuk mencegah adanya paham-paham baru yang dianggap radikal.
Sebelumnya, Boy pernah mengatakan ada pondok pesantren yang terafiliasi dengan jaringan yang diduga teroris, yaitu Jamaah Anshorut Khalifah. Dia mengatakan jumlah pesantren yang diduganya tersebut berjumlah ratusan di berbagai wilayah. Sejumlah pihak pun mendesak agar BNPT menjelaskan soal data pesantren yang diduga terafiliasi dengan jaringan tersebut. Termasuk dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ingin keterbukaan soal bukti dan menyarankan langsung bertindak jika memang benar.