Kepala BNPT Jelaskan Instrumen Alat Ukur Keterpaparan Radikal Ekstremisme

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) saat ini tengah menyempurnakan alat ukur potensi kerentanan individu terhadap paham radikal ekstremisme. Salah satu bentuk penyempurnaan yang dilakukan adalah memastikan variabel instrumen dapat menunjukkan fase atau level keterpaparan seseorang. Kepala BNPT RI juga menjelaskan penyempurnaan alat ukur potensi kerentanan individu terhadap paham radikal ekstremisme juga sangat krusial untuk menyaring calon-calon pemimpin bangsa terbaik

APSIFOR (Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia), pihak yang bekerjasama dalam pembuatan alat ukur ini menjelaskan bahwa sebelumnya telah melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut di delapan kota pada wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan timur. Adapun hasil pengukuran dari instrumen ini akan mengkategorikan skor yang diperoleh subjek dalam 6 kategori risiko radikal ekstrem mulai dari berisiko tinggi sampai rendah.

Sebelumya, Rycko juga menjelaskan fenomena penurunan serangan teror dari 2018 sampai dengan 2022 seperti teori gunung es dimana kini kelompok penganut paham kekerasan tidak lagi secara terang-terangan menunjukkan eksistensinya melalui serangan fisik, tetapi melalui pendekatan lunak yang dibungkus dengan narasi dan simbol keagamaan. Komjen Rycko mengatakan tidak sedikit masyarakat yang terhasut dengan narasi tersebut, bahkan secara sadar setuju untuk melakukan kekerasan atas nama agama. Dia menegaskan bahwa tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan intoleransi. Lebih lanjut, Mantan Kalemdiklat Polri tersebut mengatakan kerja sama merupakan kunci untuk memutus mata rantai radikalisme dan terorisme. Oleh karena itu, seluruh unsur di negeri ini harus terlibat dalam pencegahan.

Search