Kenaikan Jumlah Uang Beredar dan Penyaluran Kredit di Tahun Politik

Indonesia (BI) dalam siaran persnya baru-baru ini menyatakan bahwa jumlah uang beredar, baik dalam arti luas (M2) atau sering disebut sebagai likuiditas perekonomian dan dalam arti sempit (M1) sama-sama mengalami kenaikan pada Desember 2023 atau dua bulan sebelum Pemilu serentak Februari 2024. Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) di Desember 2023 mencapai Rp 8.824,7 triliun atau tumbuh 3,5 persen (year on year), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya, yaitu November 2023 (year on year) sebesar 3,3 persen. Pertumbuhan uang dalam arti sempit (M1) yang merupakan salah satu komponen uang dalam arti luas (M2) di Desember 2023 (year on year) juga tumbuh lebih tinggi, yaitu 2,1 persen dibanding November 2023 sebesar 2 persen.

Di lain pihak, pada Desember 2023, pertumbuhan kredit perbankan juga meningkat 10,3 persen (yoy), lebih tinggi dari November 2023 sebesar 9,7 persen (yoy). Kenaikan jumlah uang beredar dan penyaluran kredit perbankan pada tahun politik memang wajar. Diduga dipacu kegiatan Pemilu serentak. Kebutuhan uang tunai untuk pembiayaan berbagai kegiatan Pemilu khususnya untuk alat peraga kampanye (spanduk, selebaran, baliho, dan lain-lain) meningkat. Pembiayaan kampanye disamping berasal dari dana sendiri, bisa juga berasal dari kredit, termasuk kredit di perbankan mengingat kebutuhan dananya yang cukup besar. Sementara pengusaha yang umumnya datang menjelang pencalegan menghabiskan Rp 1,8 miliar hingga Rp 6 miliar, bahkan ada yang sampai Rp 20 miliar. Mungkin pula kenaikan penyaluran kredit perbankan selama tahun 2023 juga dipicu oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk meningkatkan insentif likuiditas makroprudensial dari 2,8 persen menjadi 4 persen mulai Oktober 2023.

Search