Keluh Kesah Petani Tebu Soal Langka Pupuk Bersubsidi dan Mahalnya Sembako

Sejumlah petani tebu di Magetan, Jawa Timur menyampaikan keluhannya terkait mahal dan terbatasnya pupuk bersubsidi sehingga membuat biaya produksi mahal dan menghambat produktivitas. Hal tersebut disampaikan para petani kepada anggota Komisi VI DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang tengah melakukan kunjungan reses di Desa Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur pada 21 April 2022 lalu. Ibas menemukan fakta di lapangan bahwa pupuk bersubsidi sulit didapat sedangkan pupuk nonsubsidi harganya dipatok sangat tinggi. Fakta yang ditemukan Ibas di lapangan tersebut senada dengan aspirasi petani tebu yang disampaikan oleh Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI). Dalam pernyataan resmi mereka yang menolak rencana pencabutan subsidi pupuk jenis ZA, karena sangat dibutuhkan petani tebu.

Perkebunan tebu menjadi perhatian karena hasil tebu maupun turunannya bisa berguna untuk masyarakat luas. Berbeda dengan harga minyak goreng yang masih melambung, HET gula tani maupun harga pokok pembelian (HPP) gula justru tidak mengalami kenaikan selama enam tahun ini. HPP gula tani Rp 9.100 per kg, HET gula Rp 12.500 per kg, sedangkan biaya pokok produksi (BPP) Rp 11.000 per kg. Kondisi tersebut tentu merugikan petani, karena idealnya HPP harus di atas BPP. Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI tersebut berharap kondisi ini menjadi perhatian besar Pemerintah. Pemerintah perlu untuk mengkaji kembali HPP dan HET gula jika diperlukan, rencana pencabutan subsidi pupuk ZA petani tebu, juga perlunya pemberian bibit unggul, dan bantuan pupuk. Selain itu, mekanisme perdagangan gula rafinasi dan gula impor di Indonesia juga harus dibenahi, salah satunya dengan membeli gula tani.

Search