Kehadiran Jaringan Narkoba Lebih Besar Dicurigai Sedang Mengintai Warga Miskin di Kampung Bahari

Memusnahkan narkoba dari Kampung Bahari, Jakarta Utara, tak semudah membalikkan telapak tangan. Berulang kali kawasan itu digerebek, peredaran narkoba di kawasan itu tak kunjung musnah. Sebaliknya, pengedar barang haram itu terus muncul seolah tak ada habisnya. Polisi pun mencurigai jerat narkoba telah mengintai kehidupan warga prasejahtera di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Hal ini yang diduga menjadi salah satu penyebab pemberantasan narkoba di kawasan tersebut tak kunjung berhasil. Dugaan diperkuat dengan adanya sejumlah perlawanan terhadap kepolisian.

Kepala Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Utara Komisaris Slamet Riyanto mengatakan akan menelusuri kecurigaan itu demi mengungkap keberadaan jaringan pemasok yang lebih besar. Polisi curiga ada jaringan lebih besar dari tersangka kasus narkoba asal Kampung Bahari, yaitu Alex Bonpis. Keberadaan jaringan itu diduga menggerakkan operasi pengintaian terhadap warga yang berpeluang dipengaruhi di Kampung Bahari. Tak disangka, penggerebekan diwarnai perlawanan warga. Terdapat beberapa warga setempat yang menyerang dan melawan dengan menggunakan batu, kayu, bahkan petasan. Perlawanan diduga untuk memberi kesempatan bagi pengelola lapak-lapak lain di dekat bantaran rel untuk mengosongkan tempatnya. Bisnis barang haram ini telah memerangkap RR sejak setahun terakhir karena situasi ekonomi yang mendesak. Bisnis ini dinilai menjanjikan keuntungan dalam waktu singkat. Tak sedikit warga Kampung Bahari hanya mengandalkan penghasilan dari kerja serabutan. Namun, upahnya hanya Rp50 ribu hingga Rp70 ribu per hari. Sebaliknya, dengan menjual satu gram sabu-sabu saja, RR sudah bisa memperoleh keuntungan lebih dari Rp200 ribu per hari. Satu gram sabu-sabu itu bernilai antara Rp1,3 juta sampai Rp1,5 juta. Di Kampung Bahari, paket satu gram sabu-sabu itu masih dipecah lagi ke dalam bungkus-bungkus klip kecil agar lebih siap dikonsumsi.

Search