Mama Sorgum, itulah julukan yang disematkan kepada Maria Loretha dari warga Desa Panjinian Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (Nusa Tenggara Timur). Loretha adalah sosok perempuan yang gigih membangun kesadaran masyarakat untuk menanam dan mengonsumsi sorgum. Sorgum merupakan pangan lokal dan cocok untuk dibudidayakan di daerah yang memiliki kontur lahan dan iklim seperti Nusa Tenggara Timur. “Sorgum pernah menjadi makanan pokok masyarakat Nusa Tenggara Timur. Namun, kebijakan untuk menjadikan beras sebagai makanan pokok pada 1970 membuat warga meninggalkan Sorgum,” ujar Loretha.
Loretha mulai menanam pada 2007 dengan bermodal tujuh biji sorgum. Ia dan suami, Jeremias Letor, kala itu harus berburu bibit ke berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur. Upayanya mulai membuahkan hasil pada 2010. Loretha mulai dikenal karena sorgumnya. Ia juga banyak diundang sebagai pembicara untuk berbagi ilmu tentang sorgum. Mulai 2014, Loretha bekerja sama dengan Keuskupan Larantuka Sebagai Manejer di Kantor Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Keuskupan Larantuka. Di sana ia bertanggung jawab mengembangkan sorgum. Saat ini, sorgum kembali merebak di Nusa Tenggara Timur. Komoditas itu kembali menjadi pangan alternatif selain beras dan jagung. Warga juga menggunakan sorgum sebagai bahan baku kue. Berkat usahanya, Maria Loretha menerima banyak penghargaan, salah satunya adalah Pahlawan Svarna Bhumi Award 2023 dari Kick Andy. Loretha dianggap sebagai salah satu tokoh inspiratif dan pahlawan pangan Indonesia.