Keamanan Iran menjadi sorotan usai pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dibunuh di Teheran. Iran dinilai gagal dalam mempertahankan keamanannya. “Membunuh seseorang dengan kedudukan seperti Haniyeh relatif belum pernah terjadi sebelumnya, dan membunuhnya beberapa jam setelah pelantikan presiden Iran mengirimkan sinyal yang jelas bahwa Israel memiliki kemampuan dan kemauan untuk menargetkan tokoh-tokoh bernilai tinggi kapan saja, di mana saja,” kata Gregory Brew, seorang analis senior di Eurasia Group, kepada Al Arabiya English.
Dilansir Al Arabiya, Kamis (1/8/2024), para analis mengatakan bahwa pembunuhan tersebut mengirimkan pesan yang jelas kepada Iran dan sekutunya: mereka tidak berada di luar jangkauan Israel, bahkan di Teheran sekalipun. Hal itu juga menyoroti sejauh mana kemampuan intelijen Israel di dalam wilayah Iran. Farzan Sabet, seorang peneliti senior di Geneva Graduate Institute, menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai “kegagalan besar keamanan Iran,”. Dia mengatakan insiden ini menggarisbawahi pilihan rezim untuk mengalokasikan sumber daya keamanan-intelijen yang signifikan untuk mengawasi dan menekan warganya sendiri, yang tampaknya mengorbankan penanganan ancaman eksternal.
Jason Brodsky, direktur kebijakan di United Against Nuclear Iran (UANI), menyebut pembunuhan pemimpin politik Hamas itu sebagai “rasa malu yang besar” bagi Iran dan pertunjukan “keunggulan intelijen dan militer Israel.” Pembunuhan Haniyeh terjadi beberapa jam setelah Israel menargetkan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di Beirut, ibu kota Lebanon, yang menandakan bahwa bahkan proksi Iran yang paling kuat pun dapat disusupi dengan cepat.