Mahalnya harga ayam broiler di pasar tradisional yang tembus hingga Rp 40 ribu per kilogram (kg) dipertanyakan para peternak yang menjadi produsen ayam. Pasalnya, tren harga di level kandang justru tengah menurun, bahkan tak mengambil keuntungan dari penjualan. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Mukhlis mengatakan, rata-rata harga jual ayam dari peternak saat ini berkisar Rp 20 ribu per kg-Rp 22 ribu per kg untuk broiler bobot ayam 1,6 kg-1,8 kg per ekor. Harga tersebut sudah mengalami penurunan sejak awal pekan ini yang sempat mencapai Rp 24 ribu per kg.
Mukhlis mengatakan, peternak broiler masih dihadapkan pada tekanan tingginya biaya produksi. Ia mengungkapkan, harga pakan ayam broiler kembali naik menjadi Rp 9.000 per kg-Rp 9.750 per kg. Begitu pula pada harga bibit ayam usia sehari atau day old chick (DOC) antara Rp 7.250 per kg-Rp 8.500 per kg. Dengan biaya pakan dan DOC ditambah biaya operasional sekitar Rp 3.500 per kg-Rp 4.000 per kg, Mukhlis mencatat harga jual ideal dari peternak minimal Rp 23 ribu per kg. Dengan kata lain, peternak sedang merugi dengan harga penjualan saat ini yang maksimal pada kisaran Rp 22 ribu per kg. Adapun turunnya harga jual dari peternak saat ini disebabkan oleh tengah menurunnya permintaan kendati produksi ayam juga tak begitu besar.
Mukhlis menegaskan, peternak hampir tak pernah mengambil keuntungan berlebih dari penjualan ayam dalam beberapa waktu terakhir. Adapun, tren harga ayam kali ini sudah jauh melampui acuan pemerintah sebesar Rp 36.750 per kg seperti diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 5 Tahun 2022. Mukhlis mengatakan, Pinsar telah mengajukan revisi aturan harga acuan ayam broiler kepada Badan Pangan Nasional. Adapun revisi harga itu karena kenaikan biaya produksi yang tak bisa dihindari dan berdampak pada meningkatnya harga jual ayam.