Kadin Ungkap PR Menyelamatkan Masyarakat Kelas Menengah Turun Kasta

Kalangan pengusaha mengakui bahwa masyarakat pendapatan menengah rentan tergelincir ke dalam kelas bawah. Insentif fiksal dianggap belum cukup mengatasi persoalan. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, hampir 20% populasi kelas menengah di Indonesia rentan masuk ke dalam kelas pendapatan rendah. Adanya era suku bunga yang tinggi pasca-pandemi Covid-19 diakui telah menekan daya beli masyarakat kelas menengah. Adapun target Indonesia Emas 2045 memproyeksikan jumlah masyarakat kelas pendapatan menengah mencapai 223 juta orang. Sementara kondisi saat ini menunjukkan jumlah kelas menengah turun dari 23% pada 2018 menjadi 18,8% dari populasi pada 2023. “Kami melihat kelas menengah masih menghadapi berbagai tantangan yang tidak hanya terbatas dapat diselesaikan melalui insentif fiskal,” ujar Arsjad, Selasa (27/8/2024).

Oleh karena itu, sederet hal perlu menjadi perhatian khusus untuk menyelamatkan kelas menengah di tengah visi Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Di antaranya, Arsjad menyebut, perlu ada pemerataan akses pendidikan yang lebih mudah dijangkau. Pasalnya, hanya 10% kelas menengah yang telah menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi. Selain pendidikan, Arsjad menilai bahwa produktivitas kerja juga perlu jadi perhatian serius pemerintah. Musababnya, adanya pandemi Covid-19 telah meningkatkan jumlah pekerja informal secara signifikan yang tentunya berisiko menambah tantangan dalam memperkuat ekonomi masyarakat kelas menengah. “Strategi hilirisasi industri harus diperkuat, terutama di sektor pertanian dan industri, serta akselerasi transisi energi, untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin,” ucapnya.

Lebih lanjut, Arsjad menekankan bahwa peran wirausaha menjadi penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Khususnya melalui UMKM. Dia menyebut, saat ini rasio wirausaha di Indonesia masih terbatas pada 3,6% dari total populasi. Padahal, rata-rata rasio wirausaha di negara maju berada pada level di atas 10%, misalnya seperti Singapura yang jumlah wirausaha mencapai 11% dari populasi dan Amerika Serikat dengan rasio pelaku usaha mencapai 14% dari populasi. Arsjad pun optimistis, seluruh aspek penting tersebut dapat terwujud lewat pendekatan dan kolaborasi menyeluruh dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan begitu, Indonesia diyakini dapat keluar dari jebakan negara kelas menengah menuju negara maju.

Search