Jurang Ketimpangan Negara Maju dan Miskin Semakin Melebar

Perekonomian global belum lepas dari berbagai tantangan meskipun sudah memasuki tahap pemulihan. Justru pada pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 menimbulkan tantangan baru yang harus dipikirkan bersama oleh semua negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pemulihan ekonomi global saat ini berlangsung tidak seimbang antara negara-negara maju dengan negara-negara miskin dan berkembang. Negara-negara maju dengan kemampuan finansialnya yang kuat sebagai bantalan untuk mengatasi krisis sudah mulai melakukan normalisasi kebijakan sehingga memunculkan persoalan baru. Meningkatnya permintaan karena mulai dilakukan pelonggaran aktivitas menyebabkan inflasi bahkan tercatat sebagai yang terburuk dalam 40 tahun terakhir. Sementara di negara-negara miskin, mereka masih berkutat dengan kebutuhan mencari pembiayaan melalui utang untuk memvaksinasi penduduknya.

Inflasi telah menjadi risiko, terutama bagi negara-negara berkembang. Tambahan tekanan pada inflasi juga terjadi pada sisi suplai karena perang Rusia dan Ukraina yang membuat harga beberapa komoditas global melonjak seperti minyak dan gas (migas) serta gandum. Melonjaknya harga energi dan pangan global memuculkan situasi pemulihan ekonomi global yang tidak merata, karena negara kaya mampu mengamankan kebutuhannya meskipun harga-harga melonjak. Sedangkan negara miskin sangat tercekik dengan kenaikan harga komoditas global tersebut. Hal itu yang menyebabkan jurang ketimpangan semakin melebar. Perekonomian negara-negara miskin maupun negara dengan tingkat utang tinggi dikhawatirkan bakal mengalami tekanan.

Selain risiko inflasi, Menkeu juga melihat ketimpangan pemulihan ekonomi juga bisa datang dari tidak meratanya kemampuan negara-negara dalam menghadapi masalah kesehatan, berkaitan dengan pandemi Covid-19. Menanggapi ancaman tersebut, pakar ekonomi dari Universitas Katolik (Unika) Atmajaya Jakarta, Yohanes B. Suhartoko, mengatakan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19, akan menimbulkan persoalan baru, yaitu pemulihan yang lebih cepat di negara maju dibandingkan dengan negara berkembang dan miskin. Ketika perekonomian negara maju pulih yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, selanjutnya akan diikuti kebijakan pengendalian inflasi dengan meningkatkan suku bunga. Kebijakan ini akan berdampak terjadinya aliran modal ke negara maju dan mendorong terjadinya depresiasi rupiah.

Search