Pasukan junta Myanmar dilaporkan membakar hidup-hidup 19 warga sipil, termasuk delapan anak-anak, pada Rabu pekan lalu, ketika konferensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN digelar di Labuan Bajo. Sejumlah warga mengatakan bahwa pasukan junta menahan beberapa orang yang tinggal di Desa Nyaung Pin Thar di kawasan Bago pada 10 Mei lalu. Pasukan kemudian membakar para warga sekitar pukul 17.00. Lima di antara 19 orang yang dibakar itu merupakan satu keluarga. Salah satunya adalah anak-anak yang baru berusia 6 tahun.
Pembakaran itu terjadi di kawasan Bago, di mana pertempuran pecah antara tentara junta dan dua kelompok pemberontak Karen, yaitu Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) dan Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA). Beberapa jam sebelum pembakaran itu, pemberontak melancarkan serangan ke salah satu situs tambang di kawasan Bago. “Kami meledakkan tambang sekitar 15 kali dan sekitar 30 tentara junta tewas. Setelah itu, tentara junta ke Desa Nyaung Pin Thar. Pertempuran juga pecah di sana,” ucap salah satu pemberontak. Hingga kini, junta militer Myanmar belum memberikan keterangan resmi mengenai insiden ini.
Myanmar memang masih terus didera konflik usai militer menggulingkan pemerintah yang sah pada 1 Februari 2021 lalu. Dua bulan setelah kudeta, ASEAN turun tangan. Organisasi ini menggelar pertemuan khusus yang menghadirkan kepala negara anggota, termasuk junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing, pada April 2021 di Jakarta. Pertemuan itu menghasilkan lima poin konsensus. Poin-poin itu di antaranya kekerasan di Myanmar harus segera dihentikan, dan harus ada dialog konstruktif mencari solusi damai. Dua tahun berlalu, Myanmar tak kunjung memenuhi kelima poin konsensus itu. ASEAN pun tak pernah lagi mengundang Myanmar dalam pertemuan-pertemuan blok tersebut. Jokowi mendesak Myanmar agar patuh. Ia juga mengaku siap bicara dengan junta Myanmar.