Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menekankan perlunya mitigasi potensi inflasi di beberapa sektor, seiring masih berlangsungnya tren gejolak perekonomian global di tengah kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Isu-isu global seperti masih berlangsungnya perang di Ukraina dan Gaza, tren suku bunga tinggi Amerika Serikat (AS), gejolak ekonomi dan krisis properti di China, juga dampak perubahan iklim akibat pemanasan global, perlu terus menjadi sorotan para pemangku kepentingan.
Sementara itu, dampak dari krisis iklim akibat pemanasan global juga telah mulai berpengaruh besar untuk Indonesia. Antara lain, terkait penurunan produksi pangan di Tanah Air, serta tren pembatasan ekspor terkait pangan dari beberapa negara. “Pemanasan global betul-betul kita rasakan. Sebabnya produksi pangan kita sedikit menurun, dan 22 negara membatasi ekspor pangan. Dadakan lagi ini. Dulu, yang namanya impor beras, semua negara menawarkan, saya punya stok, saya punya stok, saya punya stok. Sekarang, 22 negara stop ekspor dan membatasi ekspor pangan,” ungkap Jokowi.
Namun, Jokowi menekankan masih bangga pertumbuhan ekonomi nasional masih terjaga di kisaran 5 persen. Capaian ini patut disyukuri karena lebih baik ketimbang negara seperti Malaysia yang tumbuh 3,3%, AS tumbuh 2,9%, Korea Selatan 1,4%, serta negara-negara Uni Eropa yang hanya tumbuh sekitar 0,1%. “Inflasi juga masih cenderung stabil 2,6%.