Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa perang telah memperdalam krisis perekonomian global setelah sebelumnya dunia terdampak hebat karena pandemi Covid-19. Sebab itu, perlu langkah antisipasi potensi inflasi harga energi dan pangan akibat perang tersebut. Saat ini, perekonomian dunia belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. Efek rambatan pembatasan mobilitas manusia dan barang akibat pandemi menyebabkan kelangkaan energi, pangan, dan kontainer yang berpotensi mengerek inflasi. Perang Rusia-Ukraina akan memperdalam krisis perekonomian dunia dan meningkatkan ketegangan politik dunia.
Konflik tersebut telah menyebabkan kenaikan harga minyak, gas, bahan baku pupuk hingga gandum. Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi tantangan bagi banyak negara, termasuk Indonesia, sehingga perlu disikapi dengan sangat hati-hati. Presiden Jokowi menyerukan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha untuk menerapkan kebijakan yang tepat guna mengakselerasi pemulihan ekonomi. Salah satu bentuk kolaborasi itu adalah penciptaan banyak investasi yang menjadi sumber lapangan kerja dan mobilisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkeadilan.
Peneliti Ekonomi Indef, Nailul Huda, mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai kenaikan harga komoditas akibat perang. Antisipasi harga komoditas perlu secepatnya dilakukan terutama komoditas energi dan bahan pangan. Pemerintah perlu memperkuat stok menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Jangan sampai terjadi kelangkaan stok yang bisa memicu lonjakan harga. Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga, Imron Mawardi, dampak dari perang jelas akan memperlambat recovery dunia dari krisis pandemi Covid-19. Apalagi dalam era perdagangan global yang sudah tanpa batas seperti sekarang, meskipun ada negara yang diuntungkan dengan naiknya harga beberapa komoditas, namun pada gilirannya semua negara akan merasakan dampaknya, karena semua negara melakukan aktivitas ekspor impor. Perang, telah memicu inflasi dunia, dan akan semakin berdampak serius kalau semakin berlarut-larut. Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Achmad Maruf, mengatakan Transisi dari pandemi ke endemi menciptakan permintaan, tapi rantai pasok terganggu, otomatis inflasi akan jadi tantangan utama ekonomi ke depan. Harga energi dan sejumlah bahan pokok impor akan melonjak.