Jika Harga Pertalite Naik, Inflasi Diperkirakan Bisa Tembus 8%

Pekan depan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan terkait kepastian penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite. Keputusan tersebut demi merespons anggaran subsidi energi yang kian membengkak. Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memperkirakan, jika harga Pertalite naik maka akan berdampak pada inflasi. Menurutnya inflasi bisa mencapai 6% hingga 7% pada tahun ini. Sementara Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas, Luthfi Ridho juga sepakat kenaikan harga BBM akan turut mengerek inflasi tahun ini menjadi tinggi. Ia memperkirakan inflasi akan ada di level 7%-8% jika harga Pertalite naik.

Luthfi mengatakan, setiap kenaikan 10% BBM bersubsidi, inflasi naik 1.2%. Jadi inflasi di 2022 bisa 7%-8%. Kenaikan harga BBM bisa mempengaruhi sekitar 30% terhadap harga pangan. Ini dikarenakan kenaikan BBM tersebut bisa mempengaruhi biaya logistik pangan. Adapun menurutnya, dengan perkiraan inflasi yang cukup tinggi tersebut akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga, yang akan terkontraksi sekitar 0.2% hingga 0.4%. Meski begitu, karena pemulihan ekonomi tahun ini masih sangat kuat, menurutnya pertumbuhan ekonomi masih bisa di level 5,1%.

Analis Makroekonomi Bank Danamon Indonesia Irman Faiz juga sepakat jika harga Pertailte jadi dinaikkan pemerintah, maka inflasi bisa naik di level 7% hingga 8%. Menurutnya jika Pertalite naik Rp 2.500 per liter, maka akan menyumbang inflasi sekitar 2.44%-2.87% poin. BBM itu yang besar selain dampak langsungnya (first round) juga dampak tidak langsungnya (second round). Hal ini karena BBM telah menjadi bakar utama untuk distribusi maupun logistik dan proses produksi. Selain itu, akan juga berdampak pada konsumsi rumah tangga, meski dampaknya baru akan terada penuh pada awal tahun 2023.

Search