Pengamat Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam Ristian Atriandi Supriyanto mengungkapkan sejumlah dampak yang terjadi ke RI jika kapal selam bertenaga nuklir Australia dari AUKUS dibuat. Menurut Ristian, RI mungkin dapat terseret konflik geopolitik yang melibatkan negara-negara adidaya imbas pembuatan kapal tersebut. “Ada kekhawatiran Indonesia bakal terseret arus konflik secara langsung maupun tidak. [Melihat posisinya] sebagai wilayah perlintasan militer strategis bagi negara-negara adidaya,” tutur Ristian dalam webinar berjudul ‘Indonesian Paper and The Nuclear Proliferation in Indo-Pacific Region,’ Selasa (30/8).
Menurut Ristian, peluang itu muncul karena ia tak melihat negara adidaya bakal memberikan jaminan dukungan terhadap netralitas Indonesia. Ristian menyoroti bahwa penting bagi Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dari negara-negara yang berkonflik atas status netral tersebut. Masalah yang muncul dari netralitas tersebut adalah ketegangan diplomatik antara RI dengan negara yang berkonflik.
Keberadaan kapal selam asing di perairan RI sendiri muncul akibat peningkatan kepadatan lalu lintas militer asing melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Peningkatan lalu lintas tersebut merupakan dampak lain dari ketegangan geopolitik antara kekuatan negara adidaya. Peningkatan kepadatan lalu lintas militer di ALKI bakal memunculkan peluang misi pembayangan (shadowing) ataupun spionase antar kapal selam asing. Tak hanya dari segi perselisihan geopolitik, dampak lain yang dapat diterima RI ialah pencemaran laut dan zat radioaktif jika kapal selam bertenaga nuklir mengalami kecelakaan atau tubrukan.