Kanselir Jerman Olaf Scholz menyadari standar ganda yang diterapkan sejumlah negara Barat kepada Rusia. Awalnya, Olaf Scholz menyebutkan sejumlah negara menolak untuk mengecam Rusia atas perang di Ukraina karena menganggap prinsip ‘tatanan internasional’ yang berbasis di Barat, tidak diterapkan secara adil terhadap Rusia. Negara yang menolak untuk mengecam Rusia di antaranya India, Vietnam, dan negara-negara lain. Sebelumnya, anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Oktober 2022 diminta memberikan suara untuk menuntut pasukan Rusia segera mundur dari Ukraina. Namun, lusinan negara menentang resolusi tersebut atau abstain.
“Apa yang mereka harapkan adalah representasi dengan syarat yang sama dan mengakhiri standar ganda Barat,” kata Olaf Scholz mengakui standar ganda itu. Olaf Scholz mengklaim, persepsi kemunafikan geopolitik Barat tidak selalu dibenarkan. Misalnya, dia telah mendukung pemberian perwakilan tetap negara-negara Afrika di Dewan Keamanan PBB dan menjadikan Uni Afrika sebagai anggota tetap G20. Pejabat Rusia sering menuduh AS dan sekutu Baratnya menuntut agar aturan mereka diikuti tanpa menerapkannya sendiri.
Misalnya, AS hanya mengadvokasi prinsip penentuan nasib sendiri dan menghormati integritas teritorial jika sesuai dengan kepentingannya, dikutip dari RT. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menunjukkan pada Maret 2023, AS telah mengabaikan masalah keamanan Rusia di Ukraina, yang merujuk pada perluasan anggota NATO di Eropa timur. AS sebelumnya membenarkan intervensi militernya di negara-negara seperti Suriah, Libya, dan Serbia dengan mengklaim kepentingan nasional AS terancam. “Singkatnya, jika ini bukan yang Anda sebut standar ganda, maka saya bukan menteri luar negeri,” kata Sergei Lavrov.