Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 5,5 persen pada Mei 2025, seperti yang diumumkan dalam Rapat Dewan Gubernur BI, telah menciptakan gelombang optimisme di sektor properti. Bos Lippo Group James Riady menegaskan bahwa kebijakan ini menjadi pendorong utama untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen per tahun, dengan sektor perumahan sebagai kunci utama. Penurunan suku bunga BI akan mempercepat pembangunan perumahan, termasuk program ambisius pemerintah untuk membangun 3 juta rumah per tahun. Menurut James, sektor perumahan memiliki efek berganda (multiplier effect) yang signifikan terhadap perekonomian dalam negeri. Pertumbuhan 8 persen kuncinya itu membangun ekonomi dalam negeri dan kuncinya perumahan. Dia menjelaskan, setiap pembangunan satu unit rumah membutuhkan tenaga kerja sebanyak 5-6 orang selama setahun. Belum lagi pekerjaan pendukung seperti pembangunan jalan, pemasangan kabel listrik, dan sistem air bersih, yang mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Data dari Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) memperkuat pernyataan james. Pada 2024, sektor properti menyumbang 14 persen terhadap PDB nasional dan menyerap lebih dari 7 juta tenaga kerja secara langsung dan tidak langsung. Dengan penurunan suku bunga BI, biaya pinjaman untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi lebih terjangkau, meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong permintaan properti. Hal ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 0,07 persen untuk setiap penurunan BI Rate sebesar 1 persen, menurut model dynamic stochastic general equilibrium (DSGE) yang dikembangkan oleh tim ekonomis BRI. James juga menegaskan pentingnya penurunan suku bunga BI dalam mendukung sektor properti, suku bunga rendah akan mempermudah pembiayaan proyek properti, baik untuk pengembang maupun konsumen. Penurunan BI Rate juga telah meningkatkan minat investor di sektor properti dan perbankan digital.