Sampai saat ini, rencana koalisi Partai Nasdem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk Pemilu 2024 belum ada kata sepakat meski penjajakan telah berlangsung cukup lama dalam beberapa bulan terakhir. Disinyalir, alotnya rencana koalisi Nasdem-Demokrat-PKS karena ketiga partai tak kunjung bermufakat soal nama cawapres. Nasdem bersikukuh ingin cawapres dari unsur nonpartai koalisi, sedangkan Demokrat dan PKS ngotot kadernya yang jadi calon RI-2.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali mengatakan, sosok cawapres pendamping Anies baiknya berasal dari luar bakal koalisi Nasdem-Demokrat-PKS. Namun, Ali menegaskan bahwa Nasdem tetap menghormati mekanisme di internal Demokrat dan PKS. Sementara itu, Deputi Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani mengeklaim Anies-AHY paling diharapkan oleh masyarakat. Kamhar menyebut kedua tokoh punya elektabilitas besar untuk maju pada Pilpres 2024. PKS juga menyatakan tak sependapat dengan Nasdem soal cawapres dari luar partai koalisi. Juru Bicara PKS Muhammad Kholid menilai, itu tak adil untuk parpol yang punya kader berkualitas.
Meski tak mudah, rencana koalisi Nasdem-Demokrat-PKS masih terus diupayakan. Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengatakan, partainya bersama Demokrat dan PKS membentuk tim kecil untuk mematangkan rencana koalisi, termasuk soal nama cawapres. Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi menilai, sulitnya mewujudkan koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS tidak lain karena masing-masing partai berkeras hati dengan ego mereka. Nasdem juga harus menekan keinginan PKS dan Demokrat karena hanya nama Anies yang menjual. Sementara, cawapres yang diusulkan Demokrat maupun PKS tak seberapa elektabilitas dan popularitasnya.