Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menduga, langkah Sandiaga itu tak lepas dari keinginannya berlaga pada Pilpres 2024. Langkah Sandi ini sudah tepat dan rasional. Jika tetap bernaung di Gerindra, Sandiaga akan terus berada di bawah bayang-bayang Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Keinginan Sandi menjadi capres atau cawapres tak mungkin terwujud lantaran Prabowo merupakan capres harga mati buat Gerindra. Sementara, apabila bergabung ke PPP, besar peluang buat Sandi diusulkan sebagai capres atau cawapres mengingat PPP tak punya figur menonjol. Ke depan, Sandi akan menjadi figur sentral di PPP yang akan membuat PPP bisa berkembang secara signifikan.
PPP sendiri, cukup relevan menjadi rumah baru bagi Sandiaga. Sebagai partai politik Islam, partai pimpinan Muhammad Mardiono itu dinilai menarik perhatian banyak partai politik nasionalis. Saat ini PPP juga tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yang belum punya bakal capres-cawapres. Diyakini, nama Sandiaga akan diusulkan sebagai salah satu kandidat jika bergabung ke PPP. Memang, secara elektabilitas, PPP jauh tertinggal di bawah Gerindra. Menurut survei sejumlah lembaga, tingkat elektoral partai tersebut baru di kisaran 4 persen. Namun, melihat sejumlah keuntungan yang menggiurkan, tak heran jika Sandiaga tergiur untuk berpindah haluan.
Isu Sandiaga berpindah ke PPP timbul tenggelam selama beberapa bulan terakhir. Kabar kepindahan Sandi ini dikuatkan oleh elite Partai Gerindra. Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, Sandi telah berpamitan ke Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Namun, Prabowo meminta Sandi mempertimbangkan matang-matang keputusannya itu. Belum ada jawaban tegas dari Sandiaga perihal ini. Dia selalu membawa-bawa kalimat ‘patuh terhadap ketua umum’ ketika ditanya mengenai isu kepindahannya ke PPP. Terbaru, Sandi menegaskan, dirinya belum menyatakan secara resmi telah keluar dari Gerindra.