Ironi soal kesenjangan infrastruktur pendidikan menyapanya di sela-sela kunjungan kerja Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ke Nusa Tenggara Timur. Dalam era serba digital, situasi infrastruktur Pendidikan yang dialami para guru dan murid-murid di NTT jauh dari ideal. Kenyataan ini ditemui Wapres Gibran hanya lima hari setelah ia mengutarakan rencana dimasukkannya AI ke dalam kurikulum sekolah. Wacana memasukkan AI sebagai kurikulum mendatangkan respons yang pesimistis dari para guru di NTT. Namun, para guru diharapkan agar senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Guru daerah tidak boleh terus-terusan mengeluh akan ketidakmampuan mereka menyesuaikan diri pada era digital.
Terkait wacana kurikulum AI, pengajar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Yohanes O Jagom, mengatakan perlu ada pembekalan literasi digital sebelum rencana itu diterapkan. Secara terpisah, aktivis pendidikan dari Perguruan Tamansiswa, Darmaningtyas, memandang positif wacana pemerintah memasukkan AI dalam kurikulum sekolah. Soal urgensi mempelajari AI, Darmaningtyas pun sepakat. Ia menilai, generasi penerus akan semakin tertinggal jika terlambat memanfaatkan dan mendalami Teknologi AI.
Dalam kunjungannya ke NTT, Wapres Gibran menyatakan, perhatiannya terpusat pada dua sektor strategis, yakni pendidikan dan pertanian. Untuk itu, ia menyempatkan waktu mendatangi sekolah untuk menyalurkan sejumlah bantuan. Ia berharap agar segala bantuan yang diberikan bisa memperluas akses pembelajaran digital para siswa yang berada sampai di pelosok negeri.