Pemerintah Iran mengutuk sanksi baru yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) terhadap jaringan minyak Teheran. Kementerian Luar Negeri Iran menyebut langkah ini sebagai bukti pendekatan bermusuhan Washington, yang justru dilakukan menjelang dimulainya putaran ketiga pembicaraan nuklir antara kedua negara. Dalam pernyataan resminya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyatakan bahwa kebijakan AS yang terus menerapkan sanksi terhadap rakyat Iran bertentangan dengan niat baik untuk berdialog.
Sanksi baru tersebut diumumkan pada Selasa (22/4/2025) oleh Departemen Keuangan AS. Sanksi ditujukan kepada Seyed Asadoollah Emamjomeh, tokoh penting dalam ekspor gas cair (LPG) Iran, serta jaringan perusahaannya. Menurut pemerintah AS, jaringan ini bertanggung jawab atas pengiriman LPG dan minyak mentah senilai ratusan juta dollar ke pasar internasional, termasuk dengan cara menghindari sanksi yang berlaku. “Emamjomeh dan jaringannya berusaha mengekspor ribuan kiriman LPG, termasuk dari AS, guna mendanai aktivitas destabilisasi Iran di kawasan dan dunia,” ujar Menteri Keuangan AS, Scott Bessent.
Sanksi ini dikeluarkan di tengah upaya diplomatik yang tengah berlangsung. Sejak 12 April lalu, Iran dan AS telah melakukan dua putaran pembicaraan nuklir tidak langsung di Oman dan Italia. Putaran ketiga dijadwalkan akan kembali digelar di Muscat pada Sabtu (26/4/2205) mendatang. Bersamaan dengan itu, Iran juga mengumumkan akan menggelar pertemuan teknis tingkat ahli dengan delegasi AS pada hari yang sama.