Iran menyatakan tengah mendalami dugaan badan intelijen Israel, Mossad, menyusup ke institusi pemerintah menyusul kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. Wakil Menteri Luar Negeri Iran Bidang Studi dan Penelitian, Mohammad Hasan Sheikholeslami, mengatakan pihak berwenang masih menyelidiki dugaan tersebut. Sheikholeslami juga menjelaskan Israel bukan kali pertama melakukan pembunuhan dan teror seperti yang menimpa Haniyeh. Israel, kata dia, sejak dahulu kerap melakukan teror dengan “cara-cara pengecut.”
Sheikholeslami lalu menyinggung kematian pejabat nuklir senior, Mohsen Fakhrizadeh, pada 2020. Iran menuding Israel sebagai dalang pembunuhan ilmuwan ini. Wakil Menteri itu lalu berujar operasi Mossad di berbagai negara memiliki cara dan pendekatan yang beragam, tetapi sejenis. Oleh sebab itu, setelah mempelajari cara dan pendekatan tersebut, Iran bisa menarik kesimpulan mengenai kematian Haniyeh. Terlepas dari investigasi itu, dia meyakini Israel otak pembunuhan bos Hamas di Teheran pada Juli lalu.
Surat kabar Yahudi yang berbasis di Inggris, Jewish Chronicle (JC), sebelumnya melaporkan Mossad merekrut dua warga Iran untuk meletakkan bom di tempat Haniyeh biasa menginap di Teheran. Kedua warga Iran itu diduga anggota unit keamanan Ansar Al Mahdi dari Korps Revolusi Garda Iran (IRGC). Unit ini bertanggung jawab menjaga state guest atau wisma kenegaraan dan tamunya. JC, berdasarkan kamera keamanan, melaporkan alat peledak baru diletakkan di kamar Haniyeh saat hari pembunuhan, sekitar pukul 16.23 waktu setempat.