Invasi Rusia ke Ukraina telah merugikan pertumbuhan ekonomi global secara signifikan. Selain itu, peningkatan harga pangan dan bahan bakar memicu kemungkinan terjadinya kerusuhan di negara miskin. Dana Moneter Internasional atau IMF dalam laporan terbaru World Economic Outlook, menyebutkan krisis politik seiring dengan invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan perlambatan signifikan dalam pertumbuhan global pada 2022. IMF memperkirakan ekonomi global akan tumbuh 3,6 persen pada 2022 dan 2023, atau lebih rendah 0,8 persen dari perkiraan yang disampaikan pada Januari 2022 lalu.
Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, memperkirakan Rusia dan Ukraina akan mengalami kontraksi tajam tahun ini, yang juga berdampak pada lonjakan harga komoditas negara-negara di seluruh dunia. Laporan tersebut menunjukkan ekonomi Ukraina menyusut 35 persen, sementara PDB Rusia akan terkontraksi 8,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Uni Eropa diproyeksikan melambat dan turun 1,1 poin dibandingkan Januari tahun ini. Hal itu karena negara Uni Eropa adalah importir energi bersih. Dengan harga energi global yang lebih tinggi, nilai tukar negatif bagi sebagian besar negara Eropa, yang berarti output lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi.
Perang juga telah memperburuk masalah inflasi dan dampaknya terjadi lonjakan harga di negara seluruh dunia, terutama untuk makanan dan energi. IMF menyebut Inflasi di negara maju pada 2022 diproyeksikan sebesar 5,7 persen dan 8,7 persen pada negara berkembang. Inflasi yang tinggi dan persisten dapat mendorong bank sentral utama seperti Federal Reserve untuk mengambil tindakan yang lebih agresif demi memastikan stabilitas harga. Hal itu pada gilirannya akan meningkatkan biaya jaman di seluruh dunia, menghambat upaya pemulihan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang yang berutang.