Perum Bulog buka-bukaan alasan belum terealisasinya rencana impor beras dari China sebesar 1 juta ton. Manager Humas dan Kelembagaan Perum Bulog, Tomi Wijaya membenarkan bahwa kesepakatan impor tersebut memang sebenarnya sudah deal antara dua kepala negara yaitu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Xi Jinping. Namun saat ditindaklanjuti oleh Bulog, ternyata beras dari China belum memenuhi syarat dan ketentuan impor termasuk kaitannya dengan harga yang masih lebih tinggi dari negara importir lain. “Selain itu, beras dari China juga lebihnya tidak besar dibanding dengan negara lainya, tapi ini sedang dikejar,” kata Tomi dalam media briefing di Kantor Bulog, Jumat (15/12).
Tomi menegaskan untuk saat ini pengadaan beras dari impor masih bersumber dari Thailand, Myanmar, Pakistan. Selain itu, pihaknya juga tengah menjajaki kembali kerjasama dengan India. “India ini potensinya besar, kemarin Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sudah sepakat dengan Menteri Perdagangan sana dan Bulog sedang jajaki kembali,” jelas Tomi. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas memastikan rencana impor beras 1 juta ton dari China akan segera masuk ke Indonesia dalam waktu dekat. “Rencana beras yang satu juta dari Tiongkok mudah-mudahan dalam waktu dekat sampai ke Tanah Air,” ujar Zulhas. China sudah berkomitmen untuk memberikan kuota 1 juta ton beras. Hal ini berdasarkan pertemuan langsung antara kedua kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-3 Belt and Road Forum (BRF) for International Cooperation pada Selasa (18/10) lalu.