Pemulihan ekonomi global dan Indonesia masih menemui jalan terjal. Bank Indonesia (BI) menyebut ada lima permasalahan besar yang menghantui prospek perekonomian global tahun depan.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan BI 2022, lima masalah besar itu, pertama, risiko pertumbuhan ekonomi global yang menurun (slow growth). Perry meyakini pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 akan mencapai 3% yoy. Namun, ada potensi perlambatan ekonomi global menjadi 2,6% yoy pada tahun 2023. Skenario terburuk, pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan hanya mentok 2% yoy. Kedua, inlfasi yang tinggi akibat disrupsi rantai pasok energi dan pangan. Ini imbas dari perang di Rusia dan Ukraina. Tentu ini menjadi momok, karena inflasi yang tinggi bisa menggerus daya beli masyarakat dan mengurangi kesejahteraan rakyat. Ketiga, tren suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan. Sebagai upaya menurunkan ekspektasi inflasi, bank sentral dari penjuru dunia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan. Bak dua mata pisau, memang di satu sisi kenaikan suku bunga acuan bisa diandalkan untuk menekan ekspektasi inflasi. Namun, era suku bunga tinggi bisa menghambat pemulihan ekonomi dan gonjang-ganjing di pasar keuangan, terutama negara berkembang.
Keempat, dolar AS yang perkasa. Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) selama beberapa waktu ini mencuri perhatian dunia dengan kenaikan suku bunga acuannnya yang agresif. Akibat langkah The Fed, dolar AS menjadi kuat sehingga memberi tekanan pada mata uang negara lain, termasuk Rupiah. Kelima, cash is the king. Dengan meningkatnya risiko investasi portofolio, para investor berbondong-bondong untuk menarik dananya. Mereka lebih memilih instrumen yang lebih aman, seperti uang tunai. Ini turut mendorong pelemahan mata uang di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Meski begitu, di tengah gonjang-ganjing perekonomian dunia, Perry optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 berada di kisaran 4,5% yoy hingga 5,3% yoy. Namun, ia tak menampik ketidakpastian global akan memengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, ia melihat potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan menjadi di titik tengah kisaran sasaran tersebut.