Inflasi Pangan Diproyeksi Berlangsung Lebih Lama, Ini Penyebabnya

Harga bahan pangan terpantau masih tinggi walaupun ramadan dan lebaran telah usai. Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai bahwa akar masalah dari harga bahan pangan yang tetap tinggi setelah lebaran berakar dari sisi pasokan. Menurutnya, inflasi harga bahan pangan akan berada di angka 9%-10% sampai akhir tahun 2024. Bhima menilai inflasi pangan akan berlangsung lebih lama untuk ditangani karena kenaikan harga pangan berakar dari sisi pasokan. “Jadi kemarin kan ada seasonal permintaan, tapi ketika harga pangannya masih naik pasca lebaran berarti yang dihadapi fokus pada sisi inflasi pasokan yang harus ditangani, ini mungkin bisa bertahan sampai akhir tahun dan perlu disiapkan dari sekarang,” terangnya. Bhima menyebut pasokan tersebut dipengaruhi beberapa faktor antara lain faktor alam, harga gas yang merupakan bahan baku pupuk fluktuatif, pelemahan nilai tukar rupiah, dan ketergantungan pada impor.

Bhima juga mengimbau pemerintah untuk mengendalikan stabilitas kurs rupiah sebab kurs inilah yang menentukan inflasi pangan setidaknya sampai tahun depan. Selain itu, dalam melakukan impor, pemerintah perlu mempertimbangkan langkah-langkah diplomatis demi memperoleh bahan pangan impor yang lebih murah serta mempertimbangkan negara asal impor yang harga pangannya lebih stabil. Menurutnya, jalan yang dapat ditempuh pemerintah adalah perbaikan dari hulu pertanian. Perbaikan yang dia maksud antara lain dari alokasi dana dan ketersediaan pupuk subsidi yang lebih besar, penyediaan kredit dengan bunga rendah, inovasi bibit tahan cuaca ekstrim, pengembangan infrastruktur lumbung padi desa, dan koordinasi antar daerah untuk saling mengisi kebutuhan pangan.

Search