Industri Mamin RI Masih Bergantung Impor, Gapmmi Ungkap Biang Keroknya

Investasi bahan baku industri makanan dan minuman (mamin) masih minim di tengah ketergantungan impor yang besar. Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman mengatakan bahwa industri mamin Indonesia saat ini masih banyak bergantung pada impor bahan baku. Adapun, di antaranya seperti terigu yang harus impor 100%, gula 100%, gram 70%, kedelai 70%, dan susu 80%. “Ini PR kita yang masih besar, industri mamin masih banyak bergantung impor,” ujar Adhi dalam konferensi pers Food Ingredients Asia Indonesia di kawasan Senayan, Senin (22/7/2024).

Di sisi lain, investasi bahan baku industri di dalam negeri juga masih minim. Dia pun blak-blakan penyebab para investor ogah memilih Indonesia untuk menanamkan investasi di sektor bahan baku. Menurut Adhi, Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara-negara tetangga dalam menarik minat investor. Terutama dari sisi finansial, logistik, dan perizinan. “Memang mereka [investor] bilang ada yang inves di Singapura, ada yang di Malaysia, karena mereka di sana mendapatkan kemudahan, itu yang Indonesia perlu belajar dari sana,” ungkapnya.

Adhi pun menyebut, sinkronisasi antara hulu dengan hilir perlu digerakkan untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku industri mamin. Industrialisasi di sektor hulu pertanian dianggap menjadi krusial seperti mekanisasi dan automasi yang dapat mencapai efisiensi dalam peningkatan produktivitas. Adhi menambahkan, adanya pameran internasional juga bisa menjadi satu strategi untuk menarik investor masuk ke Indonesia. Pameran Food Ingredients Asia Indonesia diklaim mampu mengundang minat investor asing menanamkan modalnya pada sektor bahan baku industri. Dia pun mengharapkan peran aktif Kementerian Perindustrian untuk menggencarkan minat investasi bagi industri mamin di dalam negeri.

Search