Indonesia tidak akan bisa tumbuh jika porsi impor terus mendominasi konsumsi dalam negeri, ketimbang memanfaatkan produk dalam negeri. Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara, di Jakarta, Senin (13/2), mengatakan jika porsi impor impor berlebihan bisa menghambat pertumbuhan industri dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Penggunaan produk dalam negeri jelas Suahasil menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru ekonomi di Indonesia. Penggunaan produk dalam negeri juga menjadi perhatian saat melakukan hilirisasi, yang juga merupakan sumber lainnya dalam pertumbuhan baru ekonomi di Tanah Air.
Jika hilirisasi dilakukan untuk barang impor, pada akhirnya uang yang dipakai pengusaha untuk membeli barang impor tidak akan berputar di dalam negeri dan tidak menyejahterakan masyarakat. Hilirisasi, kata Suahasil, merupakan kegiatan yang kini terus digencarkan pemerintah agar Indonesia bisa maju, keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah, hingga menciptakan pendapatan per kapita yang lebih tinggi. Hal itu yang mendorong pemerintah mengeluarkan beberapa aturan untuk melarang ekspor sumber daya alam (SDA) tertentu secara mentah dengan harapan bisa diolah terlebih dahulu di Tanah Air untuk meningkatkan nilai tambah dan menumbuhkan industri. Selain penggunaan produk dalam negeri dan hilirisasi, ia menyebutkan terdapat pula empat sumber pertumbuhan ekonomi baru lainnya, yaitu pemanfaatan ekonomi digital, pengembangan UMKM, pengembangan ekonomi hijau, dan transisi menuju energi terbarukan.
Pakar sosiologi ekonomi dari Universitas Brawijaya (UB), Imron Rozuli, mengatakan impor harus ditekan serendah mungkin karena dengan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi, konsumsi barang impor membuat pertumbuhan kurang berkualitas dan pada akhirnya akan menghambat industri dalam negeri. Defisit neraca perdagangan khususnya impor produk konsumsi justru semakin membebani, sehingga perlu terus mendorong kegiatan produksi nasional. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Awan Santosa, mengatakan kebergantungan impor akan menghambat penciptaan lapangan kerja dan upaya penanggulangan kemiskinan. Jika substitusi produk impor dengan produk dalam negeri bisa dilakukan, akan banyak industri baru yang muncul, yang akan menyerap banyak lapangan kerja. Selain mengentaskan kemiskinan dan menekan impor, substitusi juga akan menggairahkan pelaku usaha untuk mendorong hilirisasi sektor industri.