Pemerintah Indonesia optimis ancaman pengenaan tarif tinggi oleh pemerintahan kedua Donald Trump tidak akan berdampak buruk signifikan pada ekspor Indonesia. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa Indonesia telah lama menghadapi kebijakan tarif AS, khususnya pada komoditas seperti sepatu dan pakaian, sehingga kondisi ini dianggap tidak baru. Upaya terus dilakukan untuk mengamankan kerja sama bilateral, seperti melalui free trade agreement (FTA), guna menurunkan tarif tersebut.
Sementara itu, Mendag Budi Santoso menunjukkan optimisme terhadap kinerja perdagangan Indonesia di bawah Trump. Ia mencatat bahwa neraca perdagangan RI-AS terus meningkat selama periode pertama kepemimpinan Trump, dari US$ 8,2 miliar pada 2018 menjadi US$ 14,5 miliar pada 2021. Budi berharap ekspor RI tetap tidak terganggu meskipun ada usulan tarif tambahan oleh AS, dengan keyakinan bahwa daya saing Indonesia tetap terjaga.