Pemerintah tengah menjajaki kerja sama dengan Korea Selatan untuk mengembangkan salah satu teknologi nuklir Small Modular Reactor (SMR). Teknologi tersebut akan dimanfaatkan sebagai sumber energi baru hingga pengawetan makanan. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi, menilai teknologi nuklir ini penting tidak hanya untuk industri manufaktur, namun juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas ekspor lewat iradiasi pangan. Edi mengatakan, teknologi SMR juga dapat menghasilkan energi baru guna menunjang industri semikonduktor yang akan menjadi fokus industri Indonesia ke depan. SMR dinilai mempunyai teknologi yang berbeda dengan reaktor nuklir lainnya. Teknologi SMR akan dibangun di Pantai Gosong, Provinsi Kalimantan Barat.
Saat ini Indonesia mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada tahun 2025-2035 yang tertuang pada PP No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN). Edi mengatakan bahwa Indonesia akan menjajaki kerja sama untuk pengembangan SMR dengan Korea Selatan. Dalam pengembangan teknologi tersebut, SMR bekerja sama dengan US DoS melalui program Foundational Infrastructure for the Responsible Use of SMR Technology (FIRST). Program FIRST bertujuan memperdalam pemahaman Indonesia mengenai masalah keamanan, proliferasi dan keselamatan teknologi nuklir sebagai energi ramah lingkungan. Pada 28 Februari 2023, PLN Indonesia Power dan US Trade and Development Agency juga telah menandatangani Contract fo Technical Assistance. Kajian pembangunan SMR akan berisikan 18 bab yang membahas di antaranya evaluasi lokasi, soil test, sumber bahan bakar, grid impact, biaya-baya, komunikasi stakeholder, serta kajian dan mitigasi risiko. Pembiayaan Grant Agreement dari USTDA sebesar US$ 2,3 juta atau Rp34 miliar.