Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan ekonomi global berisiko mengalami kerugian US$ 4 triliun pada 2026 akibat resesi. IMF telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,9 persen pada 2023 seiring dengan resesi. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan prospek ekonomi global gelap akibat meningkatnya risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan. Setelah Covid-19, dunia menghadapi ancaman krisis karena invasi Rusia ke Ukraina dan bencana akibat perubahan iklim.
IMF terus menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya. Revisi ini bahkan sudah penurunan keempat kalinya pada tahun ini. Adapun untuk 2022, IMF memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,2 persen. Georgieva mengatakan negara-negara maju dengan keuangan terkuat, seperti Eropa, Cina, hingga Amerika Serikat, pertumbuhan ekonominya melambat. Kondisi ini mengurangi permintaan terhadap ekspor sehingga berdampak memukul negara-negara berkembang yang sudah tertekan oleh harga pangan dan energi.
Georgieva memperkirakan negara-negara yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi global akan mengalami setidaknya dua kuartal berturut-turut kontraksi tahun ini atau tahun depan. “Bahkan ketika pertumbuhan positif, itu akan terasa seperti resesi karena pendapatan riil menyusut dan harga naik,” ucap Georgieva. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah sedang mengantisipasi potensi ekonomi dunia yang makin dekat dengan jurang resesi. Sri Mulyani menyoroti kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral negara-negara di dunia memicu resesi global. “Risiko ekonomi bergeser dari pandemi sekarang menjadi risiko finansial melalui berbagai penyesuaian kebijakan dan inflasi yang tinggi,” kata Sri Mulyani.