Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menuding momentum pemilihan umum (pemilu) dan kucuran bantuan sosial (bansos) pangan dari Pemerintah di awal 2024 sebagai penyebab kenaikan harga beras. Faktor tersebut menjadi alasan pula harga berasa menjelang Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri tahun ini diperkirakan akan naik lagi. Diakuinya, ada banyak faktor yang menjadi penyebab. Selain masalah produksi beras tahun lalu, adanya El Nino yang berdampak terhadap hasil produksi tahun ini.
Sementara, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (Sekjen DPP) IKAPPI, Reynaldi Sarijowan menambahkan, kenaikan harga beras merupakan dampak dari bantuan pangan berupa beras yang digelontorkan oleh pemerintah ke masyarakat beberapa waktu terakhir. “Ini kan dampak dari bantuan pangan yang digelontorkan ke masyarakat, sehingga yang terjadi supply ke pasar tradisional minim. Maka terjadi kelangkaan beras di pasar,” tutur Reynaldi. Maka dari itu, menurutnya, pemerintah harus segera bertindak menggencarkan upaya konkret untuk menekan harga beras, sebelum kenaikan harga ini semakin memukul masyarakat, pedagang, dan perekonomian Indonesia.
Senada dengan Reynaldi, Abdullah menilai, kenaikan harga beras saat ini bisa dikurangi apabila distribusi ke pasar meningkat. Menurutnya, jika stok distribusi beras di pasar mencukupi, maka harga beras akan menurun. “Makanya, pemerintah harus mengguyur stok beras dulu ke pasar, agar tidak terdorong tinggi harganya, paling tidak bisa turun lah sedikit. Nanti masuk Ramadan baru kita akan bicara lagi. Kita gak berani memprediksi naik atau turunnya. Yang dilakukan sekarang ya guyur aja dulu ke pasar sebanyak-banyaknya,” tuturnya.