Masyarakat harus bersiap dalam menghadapi rencana sejumlah komponen harga yang akan naik secara bersamaan mulai Maret 2024.
Sejumlah harga yang rencananya akan meningkat di antaranya bahan bakar minyak (BBM) non subsidi, kenaikan tarif 13 ruas tol hingga harga pangan terutama beras yang masih tinggi.
Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, apabila kenaikan harga tersebut dilakukan pada periode waktu bersamaan, maka kenaikan laju inflasi diprediksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan bulan atau tahun sebelumnya.
Hal ini dapat tercermin pada kuartal IV-2022 ketika pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM imbas dari kenaikan harga minyak. Pada waktu itu, inflasi mengalami kenaikan hingga 5,95% secara tahunan alias year on year (YoY).
Apalagi, kondisi tersebut belum memasukkan unsur Ramadan yang biasanya mendorong permintaan barang dan jasa sehingga mendorong kenaikan harga yang akan tercermin dalam perhitungan inflasi.
“Jadi saya kira memang tidak bijak kalau seandainya membiarkan beberapa kebijakan tersebut terjadi pada bulan yang sama atau momentum yang sama karena itu akan sangat berdampak terhadap kenaikan inflasi,” ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (25/2).
Memang, untuk kelompok masyarakat bawah tentu akan mendapatkan bantuan dari pemerintah sehingga bisa menopang daya beli sementara untuk kelompok tersebut.
Hanya saja, yang menjadi permasalahannya adalah kelompok menengah yang secara pendapatan tidak masuk ke dalam kriteria penerima bantuan dari pemerintah.
Oleh karena itu, ia memperkirakan kelompok menengah akan relatif tertekan daya belinya ketika skenario kenaikan harga sejumlah komponen dilakukan secara bersamaan.
“Jadi saya kira pemerintah perlu memastikan bahwa kondisi tersebut tidak terjadi periode waktu yang sama dan di saat bersamaan karena ada potensi kenaikan laju inflasi yang disebabkan oleh faktor musiman dan juga kenaikan harga pangan,” katanya.
Nah, apabila kondisi tersebut tetap dilakukan, Yusuf menyarankan pemerintah untuk memberikan bantuan kepada kelompok menengah yang selama ini belum tersentuh dari penyaluran bantuan pemerintah.
“Mereka pun belum sampai kepada tahapan pendapatan atas,” terang Yusuf.