International Grains Council (IGC) Market Indicator melaporkan harga gandum di pasar dunia sudah mencapai US$ 335 per ton pada Maret 2022 atau mengalami kenaikan sebesar 46 persen jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu di angka US$ 229 per ton. Pada awal tahun ini, IGC Market Indicator melaporkan perang Rusia-Ukraina yang belakangan menimbulkan ketegangan di Laut Hitam turut menjadi faktor kenaikan harga gandum di pasar dunia. Ketegangan di Laut Hitam itu mengungkit sub-indeks gandum sebesar 12 persen hampir mendekati puncaknya selama 14 tahun terakhir.
Meski demikian, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey menegaskan harga produk makanan dan minuman olahan dari gandum akan stabil hingga Mei 2022 atau saat lebaran nanti. Senada dengan Aprindo, Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) pun memastikan pasokan gandum untuk kebutuhan industri dan konsumsi dalam negeri akan tetap terjaga di tengah sentimen perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut. Peretail memiliki buffer stock yang cukup hingga hingga Juni 2022. Stok gandum nasional saat ini masih sekitar 2 juta ton yang mampu bertahan hingga April 2022. Pasokan yang tersedia di gerai modern saat ini masih menggunakan harga dengan asumsi biaya pokok produksi sebelumnya yang belum mengalami penyesuaian akibat kenaikan harga gandum di pasar internasional. Produsen makanan dan minuman olahan dari gandum tersebut baru mulai menggunakan bahan baku dengan penyesuaian harga teranyar saat memasuki Mei 2022. Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan pengusaha tengah berkomunikasi dengan mitra produsen gandum selain Ukraina dan Rusia untuk memastikan pasokan di dalam negeri aman.