Harga beras tinggi sejak Juli hingga Agustus membuat warga resah. Bahkan, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori memperkirakan, harga beras pada September mendatang juga masih akan tinggi. Sebelumnya, Khudori menyebut perkembangan harga beras belakangan ini memang cenderung naik. Ia menyebut harga beras Juli bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Khuroni mengatakan apabila di Nusa Tenggara Timur saja harga gerabah sudah di angka Rp 7.500, maka apabila dikonversikan ke harga beras menjadi dua kali lipatnya. Artinya sudah diatas harga eceran tertinggi (HET) beras premium. Menurut Khuroni, kenaikan harga beras ini disebabkan oleh hukum supply dan demand. Ia menyebut produksi pada tahun ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kalau dihitung produksi mulai dari Januari hingga September tahun ini itu produksi diperkirakan 24,37 juta ton. Ini lebih rendah 1,8 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Khuroni menyarankan agar pemerintah daerah bekerjasama dengan Bulog untuk memastikan operasi pasar SPHP stabilisasi pasokan dan harga pangan. Apabila harga pangan melonjak naik jauh dari HET, Khuroni menyebut pemerintah daerah seharusnya meminta Bulog melakukan operasi pasar besar-besaran, supaya harga beras tidak naik tinggi.