Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengkhawatirkan kenaikan harga batu bara akan ikut menggerek tarif dasar listrik (TDL) untuk manufaktur pada tahun ini. Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan hal tersebut akan menggerus daya saing produk ekspor tekstil dalam negeri.
Sekjen APSyFI menyebut industri tekstil saat ini membeli batu bara sesuai dengan harga pasar di tingkat internasional. Sementara, harga batu bara tengah mengalami peningkatan signifikan akibat krisis Rusia-Ukraina pada awal tahun ini. Tarif listrik menyumbang sekitar 25 persen dari keseluruhan biaya produksi TPT. Kenaikan TDL akan mengungkit ongkos produksi yang belakangan berdampak pada harga barang di tingkat konsumen.
APSyFI berharap jika komitmen pemerintah memang tidak lagi mengekspor komoditas, maka PLN batu bara hendaknya disuplai bukan dengan harga pasar tetapi keekonomian. Bagaimanapun, negara kita merupakan salah satu sumber penghasil batu bara terbesar, dan sudah seharusnya memiliki kemampuan agar harga batu bara tidak sepenuhnya tunduk pada harga pasar.