Kelompok Hamas memperingatkan Israel terkait serangan di Rafah Palestina bisa mengancam perundingan mengenai pembebasan sandera. Hal itu diungkapkan Hamas pada Minggu (11/2/2024) ketika Israel ingin memperluas operasi militernya di Kota Rafah. “Setiap serangan yang dilakukan tentara pendudukan di kota Rafah akan merusak perundingan pertukaran,” kata seorang pemimpin kelompok Hamas.
Sebelumnya, pada awal pekan ini Perdana Menteri Israel mengatakan bahwa dirinya telah memberi tahu pasukannya untuk bersiap memasuki kota Rafah. Namun PM Israel menghadapi seruan dari banyak pihak, termasuk sekutunya untuk tidak menyerang kota di perbatasan dengan Mesir. Sebab, Rafah telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga Gaza yang melarikan diri dari pemboman tanpa henti Israel di wilayah pesisir lainnya. Pemerintah negara-negara asing, termasuk sekutu utama Israel, Amerika Serikat, dan organisasi-organisasi kemanusiaan telah menyuarakan keprihatinan mendalam mengenai dampak dari serangan di Rafah terhadap warga sipil yang menjadi pengungsi.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Minggu, Netanyahu mengatakan bahwa mereka yang mendesak Israel untuk tidak masuk ke Rafah secara efektif memberikan izin kepada Hamas untuk tetap tinggal di Rafah. Hamas menyandera sekitar 250 orang pada 7 Oktober, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel. Israel mengatakan 132 orang masih berada di Gaza tetapi 29 orang diperkirakan tewas.