Gerakan Perlawanan Islam Palestina mengatakan bahwa mereka menganggap pemerintah AS bertanggung jawab langsung atas pembantaian brutal yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Pembantaian yang terakhir dilakukan pada hari Sabtu di sebuah sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi. Tentara Israel menyerang warga yang mengungsi di Sekolah Al-Taba’een saat mereka melaksanakan salat Subuh pada hari Sabtu, menewaskan sedikitnya 100 orang.
Hamas meminta Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mengadakan pertemuan mendesak dan mengambil keputusan yang mengarah pada diakhirinya agresi dan genosida Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza. Hamas juga meminta agar semua hubungan politik, komersial, atau normalisasi dengan negara pendudukan itu diputus. Gerakan tersebut menekankan perlunya menerapkan klausul pernyataan akhir KTT Arab-Islam, yang diadakan pada 11 November tahun lalu di Riyadh, yang menyerukan tindakan untuk menghentikan pengepungan di Jalur Gaza dan memaksakan masuknya konvoi bantuan kemanusiaan.
Meskipun ada seruan dari para mediator pada hari Kamis untuk menghentikan permusuhan, dan menyetujui gencatan senjata serta kesepakatan pertukaran sandera, Israel tetap melanjutkan serangan mematikannya di Jalur Gaza. Serangan Israel telah menewaskan hampir 39.800 orang sejak Oktober lalu.