Peneliti Senior Pusat Riset Politik BRIN, Firman Noor, mengatakan fenomena keanggotaan di partai politik yang tidak didasari aspek ideologis semakin terlihat dengan langkah yang diambil Gibran dan Bobby. Kedua kepala daerah itu meninggalkan partai asalnya, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), karena perbedaan pilihan pada Pilpres 2024. Menurut Firman, fenomena ini memprihatinkan karena parpol sekadar diposisikan sebagai mesin politik untuk meraih dukungan suara rakyat. Padahal, keanggotaan di parpol yang didasari faktor ideologis bisa menjadi jaminan yang lebih kuat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan, ada tiga hal yang menjadi acuan dalam berpolitik, mulai dari ideologi, politik, hingga strategi. Perbedaan langkah yang diambil para politisi, kata Habiburokhman, adalah akumulasi strategi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Itu merupakan hal yang wajar, termasuk jika langkah dimaksud adalah berpindah parpol.
SekjenPDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, sebagai partai yang menerapkan kultur demokratis, pihaknya telah memberikan kesempatan kepada Bobby untuk mengklarifikasi arah dukungannya pada Pilpres 2024. Secara etik, semestinya ia bertanggung jawab untuk mengundurkan diri karena telah mendeklarasikan dukungan resmi ke pasangan capres-cawapres dari gabungan parpol lain.