Gencatan senjata antara Israel dan Hamas resmi dimulai di Jalur Gaza, Palestina, pada Minggu (19/1) pagi waktu setempat, setelah tertunda tiga jam dari jadwal semula. Gencatan ini mengakhiri agresi Israel yang berlangsung sejak Oktober 2023. Dalam tahap awal perjanjian, Hamas menyerahkan tiga sandera Israel kepada Palang Merah Internasional, sementara Israel membebaskan 90 tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan.
Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, menegaskan komitmen mereka terhadap perjanjian gencatan senjata, namun memperingatkan bahwa setiap pelanggaran oleh Israel dapat membahayakan proses ini, termasuk nyawa para sandera. Mereka juga menyatakan akan mematuhi seluruh fase dan jadwal pertukaran sandera dengan tahanan selama pihak Israel memenuhi kesepakatan.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengingatkan bahwa stabilitas Timur Tengah masih terganggu jika Hamas tetap memegang kendali di Jalur Gaza. Ia menyebutkan potensi kelanjutan ketidakstabilan regional selama Hamas berkuasa, menekankan tantangan politik dan keamanan di kawasan tersebut.