Kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas kemungkinan baru dapat tercapai dalam waktu satu hingga dua minggu ke depan. Demikian kata pejabat senior Israel dalam laporannya. Ia menyebut bahwa proses negosiasi gencatam senjata yang tidak mungkin selesai hanya dalam satu hari, meski sejumlah kemajuan telah dicapai. “Jika kesepakatan sementara selama 60 hari berhasil dicapai, maka Israel akan menggunakan jeda tersebut untuk mendorong gencatan senjata permanen yang mengharuskan Hamas melucuti senjatanya,” ujar pejabat tersebut yang enggan disebutkan namanya.
Terpisah, delegasi dari Israel dan Hamas memulai perundingan tidak langsung di Doha. Mereka mencoba menyepakati penghentian sementara perang. Utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, telah mengusulkan gencatan senjata 60 hari dengan imbalan pembebasan separuh dari 20 sandera yang masih hidup di Gaza. Namun upaya gencatan senjata selama 60 hari antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan terjal seusai PM Israel bersikukuh mempertahankan pasukan militernya di bagian selatan Jalur Gaza. Israel bersikeras ingin mempertahankan kehadiran pasukannya di Koridor Morag, jalur strategis di selatan Gaza, selama masa gencatan senjata 60 hari.
Hamas dengan tegas menolak syarat yang dibawa Israel ke meja negosiasi itu. Hamas menyebut kehadiran Israel sebagai bentuk pendudukan yang tidak bisa ditoleransi. Dengan Hamas dan Israel masih bersikeras pada posisi masing-masing, tercapainya gencatan senjata jangka panjang tampaknya masih jauh dari harapan. Tekanan internasional terus meningkat, namun tanpa kompromi dari kedua belah pihak, konflik yang telah merenggut puluhan ribu nyawa ini masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Sementara perundingan berjalan lambat, kondisi kemanusiaan di Gaza terus memburuk. Kekurangan bahan bakar, obat-obatan, dan air bersih telah mengancam nyawa ribuan pasien rumah sakit, termasuk bayi prematur dan pasien dialisis.