Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat ekonomi digital Indonesia tertinggal jauh dari India. Fokus RI hanya di sisi konsumsi, seperti e-commerce hingga fintech. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan Indonesia harus mulai beralih kepada sisi produksi dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM). India sudah jauh di depan dengan artificial intelligence (AI), nanotechnology. Kita jauh ketinggalan dari India, harus belajar mengejar ketertinggalan tersebut.
Febrio menambahkan adaptasi ekonomi digital perlu dilanjutkan, bahkan diperkuat. Indonesia sudah memiliki 2 decacorn dan 9 unicorn. Lonjakan adopsi ekonomi digital adalah sumber pertama dari enam kran pertumbuhan baru Indonesia selepas pandemi covid-19. Sumber kedua adalah dorongan industri kesehatan domestik. Ketiga, ekosistem sektor keuangan yang lebih baik. Keempat, dorongan pembangunan ekonomi hijau. Kelima, lonjakan kinerja hilirisasi sumber daya alam (SDA). Lalu terakhir, relokasi industri dari China.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut Indonesia menguasai 40 persen ekonomi digital ASEAN. Ia memprediksi nilai ekonomi digital Indonesia mencapai US$130 miliar pada 2025 dan akan terus meningkat hingga US$300 miliar pada 2030. Menurutnya, optimisme kinerja ini perlu didukung oleh potensi besar di sektor digital.