Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengakui biaya logistik di Indonesia masih tergolong tinggi akibat beberapa faktor tertentu. Adita Irawati, Juru Bicara Kementerian Perhubungan menyampaikan, kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan wilayah yang luas menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan pengelolaan logistik. Dibutuhkan manajemen logistik terpadu, sehingga layanan ke masyarakat menjadi lebih baik dan biaya logistik dapat ditekan.
Adita mengutip data Bank Dunia yang menyebu kan di tahun 2018 performa logistik Indonesia di urutan ke-46 dari 160 negara. Indonesia juga memperoleh skor 3,15 dari 5 sebagai skor tertinggi. Data yang sama juga menyebut biaya logistik Indonesia mencapai 23,5% dari pendapatan domestik bruto (PDB).
Namun, berkat upaya-upaya yang telah dilakukan seperti pembangunan infrastruktur konektivitas, saat ini biaya logistik Indonesia sudah bisa diturunkan menjadi 22% dari total PDB. “Ke depannya, pemerintah melalui Kemenko-marves telah menargetkan penurunan biaya logistik hingga 17% dari PDB pada tahun 2024,” imbuh Adita. Tingginya biaya logistik juga dipengaruhi kondisi pelabuhan di Indonesia yang masih menjadi feeder. Untuk itu, pemerintah tengah melakukan uji coba pada beberapa pelabuhan, seperti di Batam untuk melakukan pelayaran langsung ke negara tujuan tanpa harus transit ke negara lain seperti Singapura. Pemerintah juga memperhatikan faktor produktivitas bongkar muat dan waktu sandar atau port stay kapal di pelabuhan, karena turut menjadi penentu biaya logistik Indonesia.