Eropa, Kanada, Amerika Serikat hingga sejumlah negara Arab tengah bersiap mengucurkan dana fantastis untuk membangun kembali Jalur Gaza setelah dua tahun perang. Dalam keterangan resmi yang dirilis organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), negara-negara di atas bakal mentransfer anggaran senilai 70 miliar dolar AS atau setara lebih dari Rp1.160 triliun. Dana ini merupakan bagian dari upaya internasional untuk membangun kembali wilayah Gaza yang kini hampir rata dengan tanah.
Rencananya dana bantuan internasional tersebut akan difokuskan untuk membangun infrastruktur vital, seperti perumahan, sekolah, rumah sakit, serta jaringan air dan listrik. Sebagian anggaran juga akan digunakan untuk membersihkan jutaan ton puing, memperbaiki sistem sanitasi, dan memulihkan layanan publik yang hancur akibat serangan udara. Upaya ini tidak hanya bersifat darurat, tetapi juga menjadi bagian dari rencana pembangunan jangka panjang yang dirancang agar Gaza dapat berkembang secara berkelanjutan di masa depan.
Selama perang Israel–Hamas, kehancuran yang ditinggalkan sangat parah dan kompleks. Dengan sedikitnya 55 juta ton puing berserakan di seluruh wilayah, setara dengan 13 kali ukuran Piramida Giza di Mesir. Kondisi ini menjadikan kawasan tersebut hampir tidak layak huni. Ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal, fasilitas kesehatan lumpuh, dan ekonomi lokal berhenti total. Oleh karena itu pemulihan penuh Gaza akan memerlukan waktu yang sangat panjang. “Kami memperkirakan butuh puluhan tahun bagi Gaza untuk benar-benar pulih, baik secara fisik maupun sosial,” ujar Jaco Cilliers, Perwakilan Program Pembangunan PBB (UNDP).