Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan Terminal Kijing di Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat memiliki kapasitas hingga 1,95 juta twenty-foot equivalent unit (TEUs) kontainer dan 28 juta ton barang. Erick mengatakan pelabuhan terbesar di Kalimantan itu memiliki nilai strategis dalam memperkuat rantai ekosistem industri pelabuhan nasional karena dapat mendukung program hilirisasi.
Terminal itu akan memperkuat ekosistem industri pelabuhan nasional, sekaligus daya saing pelabuhan-pelabuhan Indonesia sebagai jalur strategis perdagangan di Asia Tenggara serta internasional. Saat ini kapasitas terminal Kijing yang digunakan masih sekitar 500 ribu TEUs kontainer dan 8 juta ton barang, namun kapasitas tersebut memiliki nilai strategis bagi pemerataan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi di daerah dan nasional. Kontribusi yang disediakan pelabuhan tersebut juga memperkokoh posisi Pelindo sebagai operator terminal peti kemas terbesar ke delapan di dunia dengan total arus peti kemas atau throughput mencapai 16,7 juta TEUs. Erick menuturkan bahwa Kementerian BUMN berperan dalam pembangunan Terminal Kijing, salah satunya melalui pendanaan mandiri dari anggaran BUMN hasil kolaborasi antara Pelindo dan WIKA dengan tujuan mempercepat kapasitas Pelindo menjadi operator pelabuhan bertaraf internasional. Ia berharap Pelindo dapat menghubungkan belasan ribu pulau di Indonesia, membawa arus pertumbuhan perekonomian, dan menaikkan daya saing Indonesia mengingat negara ini masih dianggap memiliki biaya logistik tertinggi.